Senin, 15 Mei 2017

Kebiasaan dan Perilaku dalam Belajar



Tema :  Bidang Belajar
Kebiasaan dan Perilaku dalam Belajar
 (Agnesti Prisilia)
A.    Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang, termasuk didalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Sebuah survey memperlihatkan bahwa 82% anak- anak yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun memiliki citra diri yang positif tentang kemampuan belajar mereka sendiri. Tetapi angka tinggi tersebut menurun drastis menjadi 18% waktu mereka berusia 16 tahun. Konsekuensinya 4 dari 5 remaja dan orang dewasa memulai pengalaman belajarnya yang baru dengan perasaan ketidaknyamanan.[1]
Belajar merupakan proses internal yang kompleks. Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif, efektif, dan psokomotorik. Dari segi guru proses belajar tersebut diamati secara tidak langsung, artinya proses belajar yang merupakan internal anak tidak dapat diamati, akan tetapidapat dipahami oleh guru. Proses belajar tersebut tampak melalui perilaku anak mempelajari bahan belajar. Perilaku belajar tersebut merupakan respon anak terhadap tindakan mengajar atau tindakan pembelajaran dari guru.[2]
B.     Hakikat Kebiasaan dan Perilaku Belajar
1.      Pengertian Kebiasaan dan Perilaku Belajar
Kebiasaan adalah pola tingkah laku, kondisi, atau situasi tertentu yang terbentuk melalui proses belajar. Selain itu,  kebiasaan merupakan reaksi otomatis terhadap situasi khusus yang biasanya diperoleh sebagai suatu hasil dari ulangan atau belajar. Selain itu, kebiasaan merupakan suatu pola tingkah laku yang menetap yang terjadi berdasarkan hukum reinforcement.
Kebiasaan merupakan sesuatu yang sangat unik dan mantap yang selanjutnya mencapai “fungctional autonomy”. Ini berarti kebiasaan merupakan sesuatu yang bebas dari motivasi yang menyebabkan kebiasaan tersebut mengembangkan kualitas dinamis seseorang.[3]
Kebiasaan belajar erat kaitannya dengan pertanyaan bagaimana, kapan, di mana dan dalam kondisi bagaimana belajar berlangsung. Kebiasaan dan perilaku belajar, mula- mula dikembangkan oleh Brown dan Holzman. Menurutnya bahwa dasar penilaian perilaku belajar terletak pada kebiasaan belajar (work method) dan penundaan pekerjaan atau kedisiplinan dalam belajar (delay avoidance). Work method terkait dengan (1) prosedur belajar yang efektif, (2) keterampilan belajar, dan (3) strategi belajar yang digunakan. Sedangkan delay avoidance terkait dengan penggunaan waktu dalam belajar, penundaan- penundaan, dan hal ain yang mengganggu atau mengalihkan perhatian dalam belajar.[4]
2.      Pola Perilaku Belajar
Pola perilaku belajar dimaksudkan adalah gambaran kecenderungan kebiasaan dalam belajar yang dilakukan secara terus- menerus, atau paling tidak sering dilakukan dengan cara yang sama atau konsisten, baik di sekolah maupun di rumah yang sifatnya relatif menetap.[5]
Dengan demikian pola perilaku belajar mengandung dua unsur pokok, ialah :
a.       Sikap Belajar
Orang yang pertama- tama melahirkan konsep sikap adalah Louis Thurstone, seorang psikolog sosial yang terkenal karena mempopulerkan “metodologi pengukuran sikap”. Pada tahun 1928 thurstone mendefinisikan sikap sebagai ‘jumlah kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, prapemahaman yang mendetail, ide- ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang sesuatu hal khusus’. Namun dalam perkembangan berikutnya, pada tahun 1931, ia menjelaskan secara sederhana bahwa sikap adalah menyukai atau menolak suatu obyek psikologis. Pada tahun yang sama lahir teori baru dari Emory Bogardus mendefinisikan sikap sebagai suatu kecenderungan bertindak ke arah menerima atau menolak suatu faktor lingkungan. Sikap adalah suatu keadaan kesiapan mental atau syaraf. Masih mengenai definisi sikap, sikap sebagai konsistensi dalam menjawab obyek- obyek sosial.[6]
Sikap adalah perbuatan yang berdasarkan pendirian, pendapat, atau keyakinan. Sikap dalam belajar berarti perilaku- perilaku belajar yang ditandai oleh pendirian dan keyakinan. Adapun peranan sikap dalam belajar, yaitu sebagai berikut :
 1). Sikap terhadap diri
Sikap terhadap diri sendiri adalah fondasi terhadap sikap- sikap selanjutnya. Sikap terhadap diri sendiri ini akan mempengaruhi seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya.[7]
 2). Sikap terhadap tujuan pendidikan
            Setiap anak dalam batas- batas tertentu , disadari atau tidak, sebenarnya mempunyai kemampuan pandangan tersendiri mengenai sekolah, baik tujuan bersekolah, manfaat bersekolah, dan cita- cita pendidikan. Ketiga indikator tersebut merupakan bagian dari komponen tujuan pendidikan.[8]
 3). Sikap terhadap pelaksanaan pendidikan
            Pelaksanaan pendidikan dapat diukur dengan melihat aspek- aspek berikut (1) pelaksanaan kegiatan intra kulikuler, (2) pelaksanaan kegiatan ekstra kulikuler, (3) pelaksanaan kegiatan ko kulikuler, dan (4) pelaksanaan kegiatan remedial atau pengayaan.
 4). Sikap terhadap persyaratan pendidikan
            Sikap terhadap persyaratan pendidikan, dapat diukur dengan melihat kriteria penerimaan siswa/ anak, kriteria kenaikan kelas, dan kriteria siswa/ anak berprestasi. Kondisi ini akan berdampak pada perilaku belajar siswa/ anak sesuai dengan persepsinya masing- masing.[9]
b.      Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku yang di tunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan pembelajaran.[10]
Kebiasaan belajar erat kaitannya dengan pertanyaan bagaimana, kapan, di mana dan dalam kondisi bagaimana belajar berlangsung. Kebiasaan dan perilaku belajar, mula- mula dikembangkan oleh Brown dan Holzman. Menurutnya bahwa dasar penilaian perilaku belajar terletak pada kebiasaan belajar (work method) dan penundaan pekerjaan atau kedisiplinan dalam belajar (delay avoidance). Work method terkait dengan (1) prosedur belajar yang efektif, (2) keterampilan belajar, dan (3) strategi belajar yang digunakan. Sedangkan delay avoidance terkait dengan penggunaan waktu dalam belajar, penundaan- penundaan, dan hal ain yang mengganggu atau mengalihkan perhatian dalam belajar.[11]
Kebiasaan belajar adalah suatu  tingkah  laku  yang  dilakukan  oleh  siswa  secara  teratur  dan berulang-ulang  dalam  kegiatan  belajar  untuk  mencapai  tujuan  yang diinginkan.[12]
C.    Kebiasaan Baik dan Buruk dalam Belajar
1.      Kebiasaan Baik Dalam Belajar
Pendapat ini dikemukakan oleh Crow & Crow sebagai berikut :
a.       Punya maksud dan tujuan;
b.      Ada tempat tertentu yang digunakan untuk belajar;[13]
c.       Kondisi fisik mendukung;
d.      Ada rencana dan jadwal waktu belajar;
e.       Ada selang seling istirahat;
f.       Melihat kalimat pokok pada setiap paragraf;
g.      Menerapkan metode ulangan;
h.      Menerapkan metode keseluruhan;
i.        Membaca cepat dan hati- hati;
j.        Membuat catatan- catatan singkat;
k.      Memilah bahan yang sukar dan yang mudah;
l.        Mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang penting dan mencoba menjawabnya sendiri;
m.    Mengulang kembali secara sungguh- sungguh;
n.      Tidak meninggalkan tabel, grafik, dan semua ilustrasi;
o.      Membuat ihtisar dan penyimpulan;
p.      Ada keyakinan berhasil;
q.      Ada refleksi;
r.        Menyelidiki pokok- pokok pikiran para ahli;
s.       Aplikasi hasil belajar untuk kegiatan yang lain;
t.        Menggunakan kamus sendiri; dan
u.      Menganalisis dan membetulkan setiap kesalahan.

2.      Kebiasaan Buruk Dalam Belajar
Di bawah ini akan disajikan beberapa temuan hasil observasi lapangan dan survei tentang kebiasaan belajar anak- anak Sekolah Dasar di Surakarta.
a.       Belajar hanya ketika ada PR;
b.      Belajar kalau akan ada ulangan;[14]
c.       Belajar kalau didampingi ibu/ bapak;
d.      Belajar sambil tiduran;
e.       Belajar asal membaca buku;
f.       Belajar sambil menonton TV;
g.      Belajar sambil mendengarkan radio;
h.      Belajar sambil main SMS;
i.        Belajar tanpa membawa atau menggunakan alat tulis;
j.        Mengerjakan soal latihan tanpa membaca materi sebelumnya;
k.      Belajar sampai larut malam hampir sepanjang hari;
l.        Belajar tanpa target dan tujuan;
m.    Belajar kelompok tanpa dipersiapkan;
n.      Belajar tanpa berlatih menjawab pertanyaan;
o.      Belajar tanpa dengan membuat ringkasan;
p.      Belajar tanpa ada jadwal yang harus diperhatikan;
q.      Belajar hanya serampangan dan sekilas;
r.        Jika menjumpai yang sulit dilewati saja;
s.       Belajar tanpa strategi yang jelas;
t.        Belajar hanya yang ada kaitannya dengan mata pelajaran;
u.      Banyak membaca buku justru di luar materi pelajaran;
v.      Enggan mendengarkan berita- berita di radio atau TV;
w.    Tidak mencatat kejadian- kejadian penting yang baru saja terjadi;
x.      Waktu luang banyak dihabiskan untuk kegiatan yang kurang bermanfaat; dan
y.      Belajar kalau diperintah dan diawasi orang tua.[15]
D.    Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Buruk dalam Belajar
1.      Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang turut mendorong terjadinya kebiasaan buruk anak dalam belajar antara lain adalah : lingkungan fisik, rumah yang tidak mendukung, fasilitas belajar yang terbatas, lingkungan keluarga yang tidak berpendidikan, kontrol yang lemah dari orang tua, faktor ekonomi dan pekerjaan orang tua, lingkungan sekolah yang kurang mendorong tumbuhnya belajar di rumah, lingkungan masyarakat yang kurang mendukung terhadap iklim belajar yang baik, anak banyak berteman dengan kelompok yang malas belajar.[16]
2.      Faktor Pribadi Anak
Faktor pribadi anak mengapa memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, dapat disebabkan hal- hal sebagai berikut : motivasi yang rendah, need for achievement anak rendah, kesehatan anak yang terganggu, tidak tahu bagaimana belajar yang baik, tidak ada kedisiplinan dalam belajar, tidak bisa mengatur waktu, anak salah memilih teman bergaul, dll.
Jika kebiasaan buruk dalam belajar dibiarkan terus menerus tanpa ada upaya menanggulangi, baik oleh guru maupun orangtua, maka dikhawatirkan akan dapat menggagalkan belajar anak. Kegagalan belajar antara lain ditandai dengan prestasi belajar yang rendah.[17]








[1] Aunurrahman, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta, hlm. 33, Cet VIII
[2] Ibid, hlm. 48
[3] Munawir Yusuf dan Edy Legowo, 2007. Mengatasi Kebiasaan Buruk Anak Dalam Belajar Melalui Pendekatan Modifiasi Perilaku. Jakarta: Direktorat Ketenagaan, hlm. 22, Edisi I
[4] Ibid, hlm. 9
[5] Ibid, hlm. 11
[6] Ibid, hlm. 12
[7] Yuri Megaton dan Tarmizi, 2010. Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada Satuan Pendidikan Menengah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, hlm. 67, Jilid II
[8] Munawir Yusuf dan Edy Legowo, Op.cit, hlm. 19
[9] Ibid, hlm. 22
[10] Fransiska Silvia Bety Kristanti, 2007. Hubungan Kebiasaan Belajar Siswa Dan Hasil Akademik Siswa Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Para Siswa Kelas II SMP Pengudi Luhur Sedayu Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Yogyakarta, hlm. 16
[11] Munawir Yusuf dan Edy Legowo, Loc.cit
[12] Muhibbin Syah, 1999.  Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, hlm. 29
[13] Munawir Yusuf dan Edy Legowo, Op.cit, hlm. 62
[14] Ibid, hlm. 63
[15] Ibid, hlm. 64
[16] Ibid, hlm. 65
[17] Ibid, hlm. 66

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POHON HARAPAN A.     Pengertian Pohon Harapan Pohon harapan hampir sama dengan pohon karir, yang membedakan adalah jika poho...