Tema
: Bidang Belajar
Kebiasaan dan Perilaku dalam Belajar
(Agnesti Prisilia)
A.
Pengertian
Belajar
Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang,
termasuk didalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Sebuah survey
memperlihatkan bahwa 82% anak- anak yang masuk sekolah pada usia 5 atau 6 tahun
memiliki citra diri yang positif tentang kemampuan belajar mereka sendiri.
Tetapi angka tinggi tersebut menurun drastis menjadi 18% waktu mereka berusia
16 tahun. Konsekuensinya 4 dari 5 remaja dan orang dewasa memulai pengalaman
belajarnya yang baru dengan perasaan ketidaknyamanan.[1]
Belajar merupakan proses internal yang kompleks.
Yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental, yang
meliputi ranah kognitif, efektif, dan psokomotorik. Dari segi guru proses
belajar tersebut diamati secara tidak langsung, artinya proses belajar yang
merupakan internal anak tidak dapat diamati, akan tetapidapat dipahami oleh
guru. Proses belajar tersebut tampak melalui perilaku anak mempelajari bahan
belajar. Perilaku belajar tersebut merupakan respon anak terhadap tindakan
mengajar atau tindakan pembelajaran dari guru.[2]
B.
Hakikat
Kebiasaan dan Perilaku Belajar
1. Pengertian
Kebiasaan dan Perilaku Belajar
Kebiasaan
adalah pola tingkah laku, kondisi, atau situasi tertentu yang terbentuk melalui
proses belajar. Selain itu, kebiasaan
merupakan reaksi otomatis terhadap situasi khusus yang biasanya diperoleh
sebagai suatu hasil dari ulangan atau belajar. Selain itu, kebiasaan merupakan
suatu pola tingkah laku yang menetap yang terjadi berdasarkan hukum
reinforcement.
Kebiasaan
merupakan sesuatu yang sangat unik dan mantap yang selanjutnya mencapai
“fungctional autonomy”. Ini berarti kebiasaan merupakan sesuatu yang bebas dari
motivasi yang menyebabkan kebiasaan tersebut mengembangkan kualitas dinamis
seseorang.[3]
Kebiasaan
belajar erat kaitannya dengan pertanyaan bagaimana, kapan, di mana dan dalam
kondisi bagaimana belajar berlangsung. Kebiasaan dan perilaku belajar, mula-
mula dikembangkan oleh Brown dan Holzman. Menurutnya bahwa dasar penilaian
perilaku belajar terletak pada kebiasaan belajar (work method) dan penundaan pekerjaan atau kedisiplinan dalam
belajar (delay avoidance). Work method terkait dengan (1) prosedur
belajar yang efektif, (2) keterampilan belajar, dan (3) strategi belajar yang
digunakan. Sedangkan delay avoidance
terkait dengan penggunaan waktu dalam belajar, penundaan- penundaan, dan hal
ain yang mengganggu atau mengalihkan perhatian dalam belajar.[4]
2. Pola
Perilaku Belajar
Pola
perilaku belajar dimaksudkan adalah gambaran kecenderungan kebiasaan dalam
belajar yang dilakukan secara terus- menerus, atau paling tidak sering dilakukan
dengan cara yang sama atau konsisten, baik di sekolah maupun di rumah yang
sifatnya relatif menetap.[5]
Dengan
demikian pola perilaku belajar mengandung dua unsur pokok, ialah :
a. Sikap
Belajar
Orang
yang pertama- tama melahirkan konsep sikap adalah Louis Thurstone, seorang
psikolog sosial yang terkenal karena mempopulerkan “metodologi pengukuran
sikap”. Pada tahun 1928 thurstone mendefinisikan sikap sebagai ‘jumlah
kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, prapemahaman yang
mendetail, ide- ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang sesuatu hal
khusus’. Namun dalam perkembangan berikutnya, pada tahun 1931, ia menjelaskan
secara sederhana bahwa sikap adalah menyukai atau menolak suatu obyek
psikologis. Pada tahun yang sama lahir teori baru dari Emory Bogardus
mendefinisikan sikap sebagai suatu kecenderungan bertindak ke arah menerima
atau menolak suatu faktor lingkungan. Sikap adalah suatu keadaan kesiapan
mental atau syaraf. Masih mengenai definisi sikap, sikap sebagai konsistensi
dalam menjawab obyek- obyek sosial.[6]
Sikap
adalah perbuatan yang berdasarkan pendirian, pendapat, atau keyakinan. Sikap
dalam belajar berarti perilaku- perilaku belajar yang ditandai oleh pendirian
dan keyakinan. Adapun peranan sikap dalam belajar, yaitu sebagai berikut :
1). Sikap terhadap diri
Sikap
terhadap diri sendiri adalah fondasi terhadap sikap- sikap selanjutnya. Sikap
terhadap diri sendiri ini akan mempengaruhi seseorang terhadap orang lain dan
lingkungannya.[7]
2). Sikap terhadap tujuan pendidikan
Setiap anak dalam batas- batas
tertentu , disadari atau tidak, sebenarnya mempunyai kemampuan pandangan
tersendiri mengenai sekolah, baik tujuan bersekolah, manfaat bersekolah, dan
cita- cita pendidikan. Ketiga indikator tersebut merupakan bagian dari komponen
tujuan pendidikan.[8]
3). Sikap terhadap pelaksanaan pendidikan
Pelaksanaan pendidikan dapat diukur
dengan melihat aspek- aspek berikut (1) pelaksanaan kegiatan intra kulikuler,
(2) pelaksanaan kegiatan ekstra kulikuler, (3) pelaksanaan kegiatan ko
kulikuler, dan (4) pelaksanaan kegiatan remedial atau pengayaan.
4). Sikap terhadap persyaratan pendidikan
Sikap terhadap persyaratan
pendidikan, dapat diukur dengan melihat kriteria penerimaan siswa/ anak,
kriteria kenaikan kelas, dan kriteria siswa/ anak berprestasi. Kondisi ini akan
berdampak pada perilaku belajar siswa/ anak sesuai dengan persepsinya masing-
masing.[9]
b. Kebiasaan
Belajar
Kebiasaan
belajar adalah segenap perilaku yang di tunjukkan secara ajeg dari waktu ke
waktu dalam rangka pelaksanaan pembelajaran.[10]
Kebiasaan
belajar erat kaitannya dengan pertanyaan bagaimana, kapan, di mana dan dalam
kondisi bagaimana belajar berlangsung. Kebiasaan dan perilaku belajar, mula-
mula dikembangkan oleh Brown dan Holzman. Menurutnya bahwa dasar penilaian
perilaku belajar terletak pada kebiasaan belajar (work method) dan penundaan pekerjaan atau kedisiplinan dalam
belajar (delay avoidance). Work method terkait dengan (1) prosedur
belajar yang efektif, (2) keterampilan belajar, dan (3) strategi belajar yang
digunakan. Sedangkan delay avoidance
terkait dengan penggunaan waktu dalam belajar, penundaan- penundaan, dan hal
ain yang mengganggu atau mengalihkan perhatian dalam belajar.[11]
Kebiasaan
belajar adalah suatu tingkah laku
yang dilakukan oleh
siswa secara teratur
dan berulang-ulang dalam kegiatan
belajar untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.[12]
C.
Kebiasaan
Baik dan Buruk dalam Belajar
1. Kebiasaan
Baik Dalam Belajar
Pendapat
ini dikemukakan oleh Crow & Crow sebagai berikut :
a. Punya
maksud dan tujuan;
b. Ada
tempat tertentu yang digunakan untuk belajar;[13]
c. Kondisi
fisik mendukung;
d. Ada
rencana dan jadwal waktu belajar;
e. Ada
selang seling istirahat;
f. Melihat
kalimat pokok pada setiap paragraf;
g. Menerapkan
metode ulangan;
h. Menerapkan
metode keseluruhan;
i.
Membaca cepat dan hati- hati;
j.
Membuat catatan- catatan singkat;
k. Memilah
bahan yang sukar dan yang mudah;
l.
Mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang
penting dan mencoba menjawabnya sendiri;
m. Mengulang
kembali secara sungguh- sungguh;
n. Tidak
meninggalkan tabel, grafik, dan semua ilustrasi;
o. Membuat
ihtisar dan penyimpulan;
p. Ada
keyakinan berhasil;
q. Ada
refleksi;
r.
Menyelidiki pokok- pokok pikiran para
ahli;
s. Aplikasi
hasil belajar untuk kegiatan yang lain;
t.
Menggunakan kamus sendiri; dan
u. Menganalisis
dan membetulkan setiap kesalahan.
2. Kebiasaan
Buruk Dalam Belajar
Di
bawah ini akan disajikan beberapa temuan hasil observasi lapangan dan survei
tentang kebiasaan belajar anak- anak Sekolah Dasar di Surakarta.
a. Belajar
hanya ketika ada PR;
b. Belajar
kalau akan ada ulangan;[14]
c. Belajar
kalau didampingi ibu/ bapak;
d. Belajar
sambil tiduran;
e. Belajar
asal membaca buku;
f. Belajar
sambil menonton TV;
g. Belajar
sambil mendengarkan radio;
h. Belajar
sambil main SMS;
i.
Belajar tanpa membawa atau menggunakan
alat tulis;
j.
Mengerjakan soal latihan tanpa membaca
materi sebelumnya;
k. Belajar
sampai larut malam hampir sepanjang hari;
l.
Belajar tanpa target dan tujuan;
m. Belajar
kelompok tanpa dipersiapkan;
n. Belajar
tanpa berlatih menjawab pertanyaan;
o. Belajar
tanpa dengan membuat ringkasan;
p. Belajar
tanpa ada jadwal yang harus diperhatikan;
q. Belajar
hanya serampangan dan sekilas;
r.
Jika menjumpai yang sulit dilewati saja;
s. Belajar
tanpa strategi yang jelas;
t.
Belajar hanya yang ada kaitannya dengan
mata pelajaran;
u. Banyak
membaca buku justru di luar materi pelajaran;
v. Enggan
mendengarkan berita- berita di radio atau TV;
w. Tidak
mencatat kejadian- kejadian penting yang baru saja terjadi;
x. Waktu
luang banyak dihabiskan untuk kegiatan yang kurang bermanfaat; dan
y. Belajar
kalau diperintah dan diawasi orang tua.[15]
D.
Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Buruk dalam Belajar
1. Faktor
Lingkungan
Faktor
lingkungan yang turut mendorong terjadinya kebiasaan buruk anak dalam belajar
antara lain adalah : lingkungan fisik, rumah yang tidak mendukung, fasilitas
belajar yang terbatas, lingkungan keluarga yang tidak berpendidikan, kontrol
yang lemah dari orang tua, faktor ekonomi dan pekerjaan orang tua, lingkungan
sekolah yang kurang mendorong tumbuhnya belajar di rumah, lingkungan masyarakat
yang kurang mendukung terhadap iklim belajar yang baik, anak banyak berteman
dengan kelompok yang malas belajar.[16]
2. Faktor
Pribadi Anak
Faktor
pribadi anak mengapa memiliki kebiasaan buruk dalam belajar, dapat disebabkan
hal- hal sebagai berikut : motivasi yang rendah, need for achievement anak
rendah, kesehatan anak yang terganggu, tidak tahu bagaimana belajar yang baik,
tidak ada kedisiplinan dalam belajar, tidak bisa mengatur waktu, anak salah
memilih teman bergaul, dll.
Jika
kebiasaan buruk dalam belajar dibiarkan terus menerus tanpa ada upaya
menanggulangi, baik oleh guru maupun orangtua, maka dikhawatirkan akan dapat
menggagalkan belajar anak. Kegagalan belajar antara lain ditandai dengan
prestasi belajar yang rendah.[17]
[1] Aunurrahman, 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta, hlm. 33, Cet VIII
[2] Ibid, hlm. 48
[3] Munawir Yusuf dan Edy Legowo,
2007. Mengatasi Kebiasaan Buruk Anak
Dalam Belajar Melalui Pendekatan Modifiasi Perilaku. Jakarta: Direktorat Ketenagaan,
hlm. 22, Edisi I
[4] Ibid, hlm. 9
[5] Ibid, hlm. 11
[6] Ibid, hlm. 12
[7] Yuri Megaton dan Tarmizi, 2010. Bahan Dasar Untuk Pelayanan Konseling Pada
Satuan Pendidikan Menengah. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
hlm. 67, Jilid II
[8] Munawir Yusuf dan Edy Legowo,
Op.cit, hlm. 19
[9] Ibid, hlm. 22
[10] Fransiska Silvia Bety Kristanti,
2007. Hubungan Kebiasaan Belajar Siswa
Dan Hasil Akademik Siswa Dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris Para Siswa Kelas
II SMP Pengudi Luhur Sedayu Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007. Yogyakarta,
hlm. 16
[11] Munawir Yusuf dan Edy Legowo,
Loc.cit
[12] Muhibbin Syah, 1999. Psikologi
Belajar. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, hlm. 29
[13] Munawir Yusuf dan Edy Legowo,
Op.cit, hlm. 62
[14] Ibid, hlm. 63
[15] Ibid, hlm. 64
[16] Ibid, hlm. 65
[17] Ibid, hlm. 66